Welcome :)

dinifahma.blogspot.com

Sabtu, 06 Juni 2020

My Birth Story: Melahirkan Nyaman dengan Riwayat Bayi Besar

Tulsan ini mungkin agak panjang. Namun, semoga ada manfaat yang bisa diambil. Ini adalah cerita persalinan kedua saya, setelah sebelumnya di persalinan pertama saya ada rasa ketakutan ketika melahirkan. Walaupun di persalinan kedua, tentu ketakutan masih hilang muncul.

Beberapa hal yang terjadi di persalinan pertama menjadi evaluasi untuk persalinan selanjutnya. Agar hal yang kurang pas di persalinan pertama, tidak terulang kembali. Contoh: bayi besar menyebabkan harus dilakukan episiotomi. Jahitan jalan lahir yang akhirnya banyak, hemoroid, dan beberapa kondisi kurang nyaman setelah melahirkan.  Saya tulis hal-hal yang jadi evaluasi.

Keluarga memang riwayat bayi besar, jadi wajar bila di ikhtiar persalinan, asupan makanan adalah mengurangi nasi putih. Susu pun saya yang low fat, karena gulanya kecil. Dan itu pun jarang karena khawatir juga laktosanya bikin cepet boost berat badan (BB) janin.

Tiap USG yang bikin deg-deg adalah pas mantau berat janin. Berat badan saya sih terserah ya naiknya berapa, yang khawatir kalau bb janin. Kebetulan kenaikan berat badan saya nggak seberapa banyak. 

Tanggal 1 April, saya USG di tempat terdekat. Karena saat itu wabah sudah cukup mengerikan, jadi USG harus ditunda bila tidak urgent. Tapi semakin ditunda kok kayak stres takut bb bayi di dalam perut nggak kekontrol hhe. Akhirnya USG di tempat bukan biasanya, di deket rumah yang jaraknya ±2,5km dari rumah. Pas dicek disana BB bayi sudah 2,9 kg padahal masih 35 w. Masih ada 5 w lagi lahiran. Duh.. lahir ntar berapa? Pikiran negatif saya. 

Saya konsultasi ke provider saya, bidan ima, kata beliau "santai aja mbak, itu cuma perkiraan. Tapi ya coba diet lebih ketat dan kalau mau puasa ya nggak papa puasa senin kamis. Dan semoga 2-3 Minggu lagi bisa lahir"

Saya coba kurangi nasi, namun tidak memungkinkan puasa karena yang paling sulit kalau rasa haus mendera.

"Padahal dari kemarin sudah diet, kok tetep besar ya" keluh saya ketika berbincang dengan suami. Di saat beberapa bumil makan banyak, naik 20 kg lebih, BB bayi ya wajar hhe. Nah saya naik BB 10 kg, bayi 4 kg! Tapi inget kata-kata begini, "Allah yang menciptakan, Allah pula yang mengeluarkan bayi ini" 
Besar ataupun kecil, Allah yang menciptakan dan Maha mengetahui kemampuan hambaNya. 

Kalau ternyata bayi di perut saya ini besar (lagi), Allah lah yang maha Penolong untuk mengeluarkannya dari jalan lahirnya. Karena manusia hanya berusaha, Allah yang tentukan dan takdirkan. 

Menunggu 2 minggu, 3 minggu kemudian, ternyata belum juga lahir. Saya akhirnya galau lagi, "Bi, doain cepet lahir lah" kataku suatu hari. 
"Ya didoain, kapanpun semoga yang terbaik" jawab suami saya enteng.
"Doain lahir dalam waktu dekat." Kata saya lagi maksa. "Aku kan khawatir, makin lama ntar lahirnya makin besar"
"Yang ditakutin apa to? Lahir besar? Doa lahir kapanpun, mudah-mudahan lancar, nggak terlalu besar, sehat semua." Suami mengingatkan. "Kalau minta lahir cepet-cepet ternyata tetep besar gimana?"
"Iya ya" 
"Nah kan.. udah, pasrah aja."
Di sela pasrah itu, saya tetep induksi alami dengan makan nanas dan kurma, jalan pagi, juga birthing ball. Namun, qodarullah belum juga lahir.

USG lagi tanggal 22 april, menjelang HPL 26 april (kalau perhitungan HPHT). Namun, hitungan usg awal, diperkirakan mundur 2 minggu. Ya Allah .. nggak siap rasanya kalau mundur lagi. Segede apa ini bayi? Ketakutan saya.

Hasil USG menunjukkan bb janin udah 3,8-3,9 kg. Deg. Rasanyaaa. Ini mau mundur kapan lagi? Sebesar apa ntar keluarnya? Drama banget deh saat tau hasil USG itu. Tapi kabar baiknya, kepala sudah masuk panggul dan kondisi plasenta serta ketuban masih sejahtera, alhamdulillah. 

Ikhtiar Meraih Persalinan Alami



Mengetahui hamil kedua, sungguh bahagia masyaallah. Namun ada kekhawatiran tentu. Apa sih yang dikhawatirkan?
Jujur, salah satu yang menjadi momok adalah ketika bersalin. Alhamdulillah hamil pertama dan kedua tidak ada lelah, biasa beraktivitas seperti orang nggak hamil. Namun, ketika bersalin anak pertama, berasa sakit semua. Apalagi kondisi saat anak pertama minim sekali ilmu, nggak ada bekal persiapan bersalin, dan berbagai kondisi yang membuat takut.

Ikhtiar utama adalah doa kepada Allah ta'ala agar persalinan kedua lebih lancar dari sebelumnya. Kedua, menyiapkan bekal ilmu maupun mental. Ketiga, memperbanyak informasi provider/penolong persalinan yang sesuai keinginan kita. Selanjutnya, usaha maksimal dan tawakal kepada Allah. 

Mencari ilmu tentang persalinan alami. Kenapa dengan persalinan alami? Konon dengan persalinan alami, meminimkan trauma pada ibu dan bayi. Maka saya coba follow beberapa akun yang memberi informasi terkait persalinan alami. Seperti akun bidankita, ig nya Bidan Wina, Bidan Mugi Rahayu, Bidan Rina malang, HOME punyanya Bidan Enita Jember, Bidan Ritha Jember, Bidan Ima Jember, Bidan sahabat ibu punya Bidan Pipit, Amani Birth, dan lain sebagainya . Banyak ya? Karena tentu ilmu darimanapun pasti plus minus ya. Nggak bisa kita hanya saklek cuma follow salah satu akun. Juga coba cari informasi ke YouTube, ikhtiar untuk persalinan kedua ini. 

November pertengahan 2019, Alhamdulillah saya bisa ikut talk show di Surabaya yang diadakan Papilio, Bidan Wina. Alhamdulillah disitu informasi dan ilmu yang ingin saya gali, terjawab. Berbagai evaluasi ketika persalinan pertama jadi pelajaran agar tidak terulang di persalinan selanjutnya. 

Akhir Desember saya ikut kelas ibu hamil yang diadakan oleh trainee Amani Birth Jember di Omah Genki oleh Bidan Ikka dan Bidan Annisa. Disitu pengetahuan saya tentang persalinan alami pun bertambah. Alhamdulillah.

Buku antologi Amani Birth dari Bidan Enita juga jadi motivasi untuk saya dalam mempersiapkan persalinan kedua ini. Di dalamnya masyaallah kisah yang penuh hikmah untuk memberdayakan diri selama kehamilan. Masyaallah ilmu bisa didapat dari buku.

Selain buku antologi Amani Birth, buku #Bebastakut Hamil dan Melahirkan, jadi bagian ikhtiar saya menjalani persalinan kedua. Ilmu di dalamnya sebisa mungkin diserap dan dipraktikkan.

Buku 'Persalinan Maryam' oleh Bidan Mugi Rahayu, juga jadi bagian ikhtiar saya menyiapkan 'mental' dalam bersalin. Di dalamnya mungkin bukan tips melahirkan alami seperti dua buku yang saya baca sebelumnya. Namun di buku Persalinan Maryam banyak motivasi untuk senantiasa ikhlas dan penuh syukur dalam menghadapi persalinan. Seperti jargonnya 'tidak mengkhawatirkan rasa sakit'. Mungkin persalinan yang dijalani ada rasa sakit yang menjalari, namun dengan keikhlasan dan rasa syukur, rasa sakit ataupun hal yang tidak sesuai tidak dikhawatirkan, karena semua dipasrahkan pada Allah ta'ala. 

Pertengahan Januari saya mengikuti seminar oleh Bidan Ima. Sebelumnya, saya mengetahui Bidan Ima dari saudara yang sukses vbac dengan ikhtiar senam hamil ke beliau. Saya tertarik bertemu Bidan Ima sejak mendengar cerita saudara tsb. Alhamdulillah kesampaian bertemu bidan ima dalam seminarnya tentang gentle birth. Masyaallah wawasan semakin terkumpul. Harus diusahakan dan dipraktikkan tentunya. 

Usia kehamilan 6 bulan saya mulai ikut senam hamil yang diadakan bidan sahabat ibu. Lokasinya lumayan dekat dengan rumah saya, sehingga memudahkan saya dalam mengikuti senam tiap pekan. Alhamdulillah.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Momen Setelah Akad Nikah

Setelah kalimat akad terucap, dan para saksi mengucap sah, akhirnya kami dipertemukan. Perasaan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Saya berdiri canggung di depannya. Dia pun terlihat kikuk mengkondisikan keadaan. Kami dibimbing orang tua kami untuk bersalaman.

Saya memperhatikan tangannya yang berusaha meraih tangan saya yang tergantung. Tangannya bergetar dan wajahnya tampak tegang haha. Akhirnya kami bersalaman. 

Senin, 14 Oktober 2019

Review Buku "Don't be Angry, Mom"


Buku ini terbeli saat ramadhan tahun ini. Hehe niat hati sebenarnya tidak mencari buku ini hhe awalnya saya cari-cari buku yang gimana sih bikin kita 'waras' dan nggak gampang tersulut emosi. Secara anak makin aktif, kadang emosi emak-emak belum stabil. Hehe 
Awalnya direkomendasikan bukunya ibuk Retno Hening, hehe qodarullah malah buku ini yang di tangan. Alhamdulillah.. tapi tidak kecewa juga dengan buku ini ❤️ 

Dilihat dari judul, sudah diketahui kan ya, gambaran apa di dalamnya?
Seputar motivasi tentang mengendalikan kemarahan, dikhususkan untuk para ibu.
Karena kebersamaan dengan ibu itu jauh lebih banyak dibanding dengan ayah atau anggota keluarga lainnya. Maka, emosi seorang ibu berpengaruh besar untuk perkembangan si anak... Iya kan?